Tips Siaran Berita
Tips siaran berita ini secara garis besarnya dulu ya. Detailnya nanti di posting-posting berikutnya.
Tips siaran berita ini secara garis besarnya dulu ya. Detailnya nanti di posting-posting berikutnya.
1. BACA, PAHAMI. Baca dulu naskah
berita yang akan disiarkan, pelajari, pahami, dan jika ada yang meragukan, baik
soal isi maupun cara pengucapannya, tanyakan kepada penulis naksah (script
writer) atau produser.
2. SIGN-POSTING. Gunakan tanda-tanda untuk jeda (ambil napas), yaitu garis
miring satu (/) untuk jeda sebagai pengganti koma, garis miring dua (//)
sebagai tanda titik atau akhir kalimat, dan garis miring tiga (///) sebagai
tanda penutup naskah.
3.
ATRIBUSI. Jangan memulai kalimat dengan nama, tapi harus didahului
oleh atribusi, yaitu gelar atau sebutan. Misalnya, JANGAN Wanti, mahasiswi
Bandung, meraih prestasi....; UBAH MENJADI: Seorang mahasiswi Bandung --Wanti-- meraih prestasi....
4.
DASH. Gunakan tanda garis pisah atau strip (--) sebelum nama,
istilah penting, atau fakta yang akan diberi penekanan (stressing). Misalnya,
Direktur Utama P-T Sarana Mantap --Wijayakusuma-- mengatakan dirinya.....
5.
NETRAL. Gunakan nada netral dalam menyampaikan berita, tidak boleh
sambil bercanda, tidak boleh menggunakan dialek lokal (kedaerahan), dan tidak
boleh dikomentari saat berita disampaikan. Tambahkan SENYUM jika berupa berita
gembira apalagi lucu; tambahkan "mimik sedih" saat menyampaikan
berita duka.
Sering kali kita mendengar penyiar atau
pembaca berita di radio membaca
beritanya tidak enak didengar. Tidak enak didengar dari sisi speed atau
kecepatan membacanya, penggalan-penggalan kalimatnya, penekanan kalimatnya, dan
intonasinya. Berdasarkan pengamatan siaran selama ini, ternyata problem
utamanya adalah cara script
writer menuliskan dan mengedit
berita tersebut atau cara penyiar mengedit berita yang dibacanya tidak dengan
cermat.
Sebagian besar script writer atau penyiar, terutama diradio, melakukan copy paste dari berita yang sudah ada, baik dari sumber sendiri atau dari sumber
lain. Sumber sendiri maksudnya dari laporan reporter atau crew lainnya dan dari
informasi yang disampaikan pendengar lewat SMS, twitter dan saranan lainnya.
Sumber lain maksudnya mengutip dari media lain, seperti situs-situs berita di
internet. Semestinya jika cara mengedit dan memfinalisasi kalimat beritanya
baik, maka ketidak enakan kuping orang lain untuk mendengarkan dapat
diminimalisir.
Berikut beberapa tips ringkas bagaimana prinsip dan tehnis menulis untuk
bahasa tutur.
·
ELF (Easy Listening Formula) : Susunlah kalimat yang jika diucapkan enak didengar dan mudah dimengerti oleh
pendengar.
·
KISS (Keep It Simple and Short) :
·
Menggunakan kalimat yang singkat,
padat, jelas, dan informatif (SPJI) dengan berpegang pada prinsip penulisan
jurnalistik 5W 1H. 5W 1H ( What,
Where , When, Who, Why + How ).
·
Hemat kata dan tidak mengumbar kata.
·
Menggunakan kalimat-kalimat pendek
dan tidak rumit.
·
Lebih mengutamakan kalimat aktif dan
kata kerja.
·
Sesedikit mungkin menggunakan kata
sifat dan anak kalimat (adjectives).
·
WTYT (Write The Way You Talk) : Menulis untuk dituturkan atau disuarakan, bukan untuk dibaca. Bahasa tutur dan bahasa
tulisan berbeda. Bahasa tulisan di media cetak, belum tentu enak untuk
dituturkan oleh penyiar atau pembaca berita. Jadi harus benar-benar
diperhatikan dari sisi susunan kata dan kalimat. Cobalah untuk menuturkannya
sendiri setelah kalimat disusun. Apakah sudah enak dibaca oleh anda atau malah
kalimat tersebut menjadi kaku dan tidak enak dibaca. “Jika anda sendiri yang membacanya saja sudah ribet,
bagaimana dengan orang yang mendengarnya.” Seringkali penyiar, pembaca berita, atau script writer hanya copy paste atau membaca berita dari media lain seperti internet
(kompas.com, detik.com, republika on line, dan portal berita lainnya), namun
hanya melakukan pengeditan seadanya. Hal ini terjadi karena si tukang copy
pastenya tidak paham cara menulis untuk telinga, tidak mengerti apa itu berita
atau kalimat berita yang singkat, padat, jelas, dan informatif. Bisa juga malas
mengedit dan menuturkannya sebelum di on air kan. Sehingga begitu di on air kan
kalimat tersebut menjadi kaku dan aneh.
·
Satu Kalimat Satu Nafas : Upayakan tidak ada anak kalimat. Sedapat mungkin tiap
kalimat bisa disampaikan dalam satu nafas.Namun, bukan berarti kalimat yang
anda buat terlalu pendek dan tidak lengkap. Makanya ada tehnik penulisan untuk
radio dengan mengunakan garis miring satu (/) sebagai pengganti koma atau
sebagai tanda jeda untuk ambil nafas, garis miring dua (//) untuk ganti titik,
dan garis miring tiga (///) untuk akhir naskah. Sehinga pengertian satu
nafas menurut saya adalah tidak serta merta membaca sebuah kalimat tanpa
mengambil nafas sama sekali, tapi dapat mengambil nafas dikalimat atau kata
yang menggunakan tanda garis satu atau dua. Tapi dengan catatan jangan sampai
ketika mengambil bafas itu ketahuan di udara, baik suara tarikan nafas maupun
hembusan nafas. Masing-masing penyiar atau pembaca berita biasanya punya tehnik
sendiri yang sesuai dengan dirinya. Sehingga kalimat utuh tersebut tetap
terdengar satu nafas dalam sekali baca.
Tehnis Penulisan Radio :
·
Spoken Words : Pilih
kata-kata yang biasa diucapkan sehari-hari (spoken words). Pukul enam belas Waktu Indonesia barat (16.00 WIB), Lima belas ribu rupiah
(Rp 15.000), tiga puluh tiga koma dua satu (33,21), dll.
·
Sign-Posting : Sebutkan jabatan, gelar, atau keterangan sebelum nama
orang. Atribusi/predikat selalu mendahului nama. Contoh : Menko Perekonomian
Hatta Rajasa, Gubernur Jawa barat Ahmad Heriawan, dll.
·
Stay away from quotes : Jangan gunakan kutipanl angsung. Ubah kalimat langsung
menjadi kalimat tidak langsung. Contoh : “Saya yang akan menyampaikan pengumuman
BBM” ksts Menko Prekonomian Hatta Rajasa. Menjadi Menko Prekonomian Hatta
Rajasa akan pengumumkan kenaikan harga BBM.
·
Avoid abbreviation : Hindari
singkatan atau akronim, tanpa menjelaskan kepanjangannya lebih dulu, Terutama
untuk singkatgan-singkatan yang tidak umum. Sementara untuk singkatan-singkatan
yang sudah umum dapat langsung disebut saja kependekannya, seperti DPR. Namun
jika dalam satu kalimat berita cukup panjang ada beberapa kata DPR, sebaiknya
dalam kalimat berikutnya tetap disebutkan kepanjangannya. contoh:
BadanEksekutif MahasiswaUniversitas Islam Negeri (BEM UIN).
·
Subtle repetition : Ulangi
fakta-fakta penting seperti pelaku atau nama untuk memudahkan pendengar
memahami dan mengikuti alur cerita, peristiwa, atau beritanya. Contoh :Presiden
Soesilo Bambang Yudhoyono...dan dikalimat berikutnya bisa digunakan pengganti
Kepala Negara.
·
Present Tense : Gunakan kata hari ini diawal kalimat atau diakhir
kalimat untuk memberikan penegasan bahwa peristiwa yang terjadi adalah
peristiwa baru tanpa diikuti penyebutan hari dan tanggalnya. Toho rang
rata-rata sudah tahu hari apa dan tanggal berapa ketika kalimat itu dibacakan.
·
Angka :
o Satu angka
(1-9) ditulis pengucapannya, misalnya angka 1 ditulis “satu” dst. Lebih dari
satu angka, ditulis angkanya, misalkan angka 25 atau 345 jangan ditulis didalam
kalimat beritanya dengan tulisan atau penyebutan panjang dua puluh lima atau tiga ratus empat
puluh lima. Kalau itu dilakukan, maka
bisa dibayangkan panjangnya kalimat yang akan anda tulis hanya untuk menyebut
atau menerangkan deretan angka. Toh, anda pasti sudah mengerti bagaimana
membaca angka puluhan atau ratusan tanpa harus menyebutkan kepanjangannya angka
per angka.
o Angka
ratusan dan ribuan, sebaiknya jangan gunakan nol, tapi bisa ditulis lengkap,
karena tidak menjadi kalimat yang panjang, misalnya limaratus (500), depalan
ribu (8000).
o Untuk jutaan atau milyar dan triliun, cukup ditulis
seperti ini 15-juta, 145-milyar.
·
Mata uang : Kalimat
keterangan angkanya ditulis pengucapannya di belakang angka. Contoh : 600-ribu rupiah (Rp 600.000), 500-ribu dolar
AmerikaSerikat (US$ 500.000)
Tanda Baca Khusus :
·
Dash : Anda garis pisah (–) untuk sebelum nama atau kata
penting atau butuh penekanan. Contoh : Pengumuman – kenaikan harga BBM akan
dilakukan oleh – Presiden SBY.
·
Punctuation : Tanda Sengkang, yaitu tanda-tanda pemenggalan (-)
untuk memudahkan pengucapan singkatan kata yang dieja. Contoh : M-U-I, B-A-P,
W-H-O, dll.
·
GarisMiring : Jika
perlu, gunakan garis miring satu (/) sebagai pengganti koma atau sebagai tanda
jeda untuk ambil nafas, garis miring dua (//) untuk ganti titik, dan garis
miring tiga (///) untuk akhir naskah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar