Selasa, 10 Juli 2018

Tips Siaran Berita

Tips Siaran Berita 

Tips siaran berita ini secara garis besarnya dulu ya. Detailnya nanti di posting-posting berikutnya.
1.    BACA, PAHAMI. Baca dulu naskah berita yang akan disiarkan, pelajari, pahami, dan jika ada yang meragukan, baik soal isi maupun cara pengucapannya, tanyakan kepada penulis naksah (script writer) atau produser.
2.     SIGN-POSTING. Gunakan tanda-tanda untuk jeda (ambil napas), yaitu garis miring satu (/) untuk jeda sebagai pengganti koma, garis miring dua (//) sebagai tanda titik atau akhir kalimat, dan garis miring tiga (///) sebagai tanda penutup naskah.
3.      ATRIBUSI. Jangan memulai kalimat dengan nama, tapi harus didahului oleh atribusi, yaitu gelar atau sebutan. Misalnya, JANGAN Wanti, mahasiswi Bandung, meraih prestasi....; UBAH MENJADI: Seorang mahasiswi Bandung --Wanti-- meraih prestasi....
4.      DASH. Gunakan tanda garis pisah atau strip (--) sebelum nama, istilah penting, atau fakta yang akan diberi penekanan (stressing). Misalnya,  Direktur Utama P-T Sarana Mantap --Wijayakusuma-- mengatakan dirinya.....
5.       NETRAL. Gunakan nada netral dalam menyampaikan berita, tidak boleh sambil bercanda, tidak boleh menggunakan dialek lokal (kedaerahan), dan tidak boleh dikomentari saat berita disampaikan. Tambahkan SENYUM jika berupa berita gembira apalagi lucu; tambahkan "mimik sedih" saat menyampaikan berita duka.

Sering kali kita mendengar penyiar atau pembaca berita di radio membaca beritanya tidak enak didengar. Tidak enak didengar dari sisi speed atau kecepatan membacanya, penggalan-penggalan kalimatnya, penekanan kalimatnya, dan intonasinya. Berdasarkan pengamatan siaran selama ini, ternyata problem utamanya adalah cara script writer menuliskan dan mengedit berita tersebut atau cara penyiar mengedit berita yang dibacanya tidak dengan cermat.

Sebagian besar script writer atau penyiar, terutama diradio, melakukan copy paste dari berita yang sudah ada, baik dari sumber sendiri atau dari sumber lain. Sumber sendiri maksudnya dari laporan reporter atau crew lainnya dan dari informasi yang disampaikan pendengar lewat SMS, twitter dan saranan lainnya. Sumber lain maksudnya mengutip dari media lain, seperti situs-situs berita di internet. Semestinya jika cara mengedit dan memfinalisasi kalimat beritanya baik, maka ketidak enakan kuping orang lain untuk mendengarkan dapat diminimalisir. 

Berikut beberapa tips ringkas bagaimana prinsip dan tehnis menulis untuk bahasa tutur.
·         ELF (Easy Listening Formula) : Susunlah kalimat  yang jika diucapkan enak didengar dan mudah dimengerti oleh pendengar.
·         KISS (Keep It Simple and Short) : 
·         Menggunakan kalimat yang singkat, padat, jelas, dan informatif (SPJI) dengan berpegang pada prinsip penulisan jurnalistik 5W 1H. 5W 1H ( What, Where , When, Who, Why + How ).
·         Hemat kata dan tidak mengumbar kata.
·         Menggunakan kalimat-kalimat pendek dan tidak rumit.
·         Lebih mengutamakan kalimat aktif dan kata kerja.
·         Sesedikit mungkin menggunakan kata sifat dan anak kalimat (adjectives).
·         WTYT (Write The Way You Talk) : Menulis untuk dituturkan atau disuarakan,  bukan untuk dibaca. Bahasa tutur dan bahasa tulisan berbeda. Bahasa tulisan di media cetak, belum tentu enak untuk dituturkan oleh penyiar atau pembaca berita. Jadi harus benar-benar diperhatikan dari sisi susunan kata dan kalimat. Cobalah untuk menuturkannya sendiri setelah kalimat disusun. Apakah sudah enak dibaca oleh anda atau malah kalimat tersebut menjadi kaku dan tidak enak dibaca. “Jika anda sendiri yang membacanya saja sudah ribet, bagaimana dengan orang yang mendengarnya.” Seringkali penyiar, pembaca berita, atau script writer hanya copy paste atau membaca berita dari media lain seperti internet (kompas.com, detik.com, republika on line, dan portal berita lainnya), namun hanya melakukan pengeditan seadanya. Hal ini terjadi karena si tukang copy pastenya tidak paham cara menulis untuk telinga, tidak mengerti apa itu berita atau kalimat berita yang singkat, padat, jelas, dan informatif. Bisa juga malas mengedit dan menuturkannya sebelum di on air kan. Sehingga begitu di on air kan kalimat tersebut menjadi kaku dan aneh.
·         Satu Kalimat Satu Nafas : Upayakan tidak ada anak kalimat. Sedapat mungkin tiap kalimat bisa disampaikan dalam satu nafas.Namun, bukan berarti kalimat yang anda buat terlalu pendek dan tidak lengkap. Makanya ada tehnik penulisan untuk radio dengan mengunakan garis miring satu (/) sebagai pengganti koma atau sebagai tanda jeda untuk ambil nafas, garis miring dua (//) untuk ganti titik, dan garis miring tiga (///) untuk akhir naskah.  Sehinga pengertian satu nafas menurut saya adalah tidak serta merta membaca sebuah kalimat tanpa mengambil nafas sama sekali, tapi dapat mengambil nafas dikalimat atau kata yang menggunakan tanda garis satu atau dua. Tapi dengan catatan jangan sampai ketika mengambil bafas itu ketahuan di udara, baik suara tarikan nafas maupun hembusan nafas. Masing-masing penyiar atau pembaca berita biasanya punya tehnik sendiri yang sesuai dengan dirinya. Sehingga kalimat utuh tersebut tetap terdengar satu nafas dalam sekali baca.

Tehnis Penulisan Radio : 
·         Spoken Words : Pilih kata-kata yang biasa diucapkan sehari-hari (spoken words). Pukul enam belas Waktu Indonesia barat (16.00 WIB), Lima belas ribu rupiah (Rp 15.000), tiga puluh tiga koma dua satu (33,21), dll.
·         Sign-Posting : Sebutkan jabatan, gelar, atau keterangan sebelum nama orang. Atribusi/predikat selalu mendahului nama. Contoh : Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Gubernur Jawa barat Ahmad Heriawan, dll.
·         Stay away from quotes : Jangan gunakan kutipanl angsung. Ubah kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung. Contoh : “Saya yang akan menyampaikan pengumuman BBM” ksts Menko Prekonomian Hatta Rajasa. Menjadi Menko Prekonomian Hatta Rajasa akan pengumumkan kenaikan harga BBM.
·         Avoid abbreviation : Hindari singkatan atau akronim, tanpa menjelaskan kepanjangannya lebih dulu, Terutama untuk singkatgan-singkatan yang tidak umum. Sementara untuk singkatan-singkatan yang sudah umum dapat langsung disebut saja kependekannya, seperti DPR. Namun jika dalam satu kalimat berita cukup panjang ada beberapa kata DPR, sebaiknya dalam kalimat berikutnya tetap disebutkan kepanjangannya. contoh: BadanEksekutif MahasiswaUniversitas Islam Negeri (BEM UIN).
·         Subtle repetition :  Ulangi fakta-fakta penting seperti pelaku atau nama untuk memudahkan pendengar memahami dan mengikuti alur cerita, peristiwa, atau beritanya. Contoh :Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono...dan dikalimat berikutnya bisa digunakan pengganti Kepala Negara.
·         Present Tense : Gunakan kata hari ini diawal kalimat atau diakhir kalimat untuk memberikan penegasan bahwa peristiwa yang terjadi adalah peristiwa baru tanpa diikuti penyebutan hari dan tanggalnya. Toho rang rata-rata sudah tahu hari apa dan tanggal berapa ketika kalimat itu dibacakan.
·         Angka : 
o   Satu angka (1-9) ditulis pengucapannya, misalnya angka 1 ditulis “satu” dst. Lebih dari satu angka, ditulis angkanya, misalkan angka 25 atau 345 jangan ditulis didalam kalimat beritanya dengan tulisan atau penyebutan panjang dua puluh lima atau tiga ratus empat puluh lima. Kalau itu dilakukan, maka bisa dibayangkan panjangnya kalimat yang akan anda tulis hanya untuk menyebut atau menerangkan deretan angka. Toh, anda pasti sudah mengerti bagaimana membaca angka puluhan atau ratusan tanpa harus menyebutkan kepanjangannya angka per angka.
o   Angka ratusan dan ribuan, sebaiknya jangan gunakan nol, tapi bisa ditulis lengkap, karena tidak menjadi kalimat yang panjang, misalnya limaratus (500), depalan ribu (8000).
o   Untuk  jutaan atau milyar dan triliun, cukup ditulis seperti ini 15-juta, 145-milyar.
·         Mata uang : Kalimat keterangan angkanya ditulis pengucapannya di belakang angka.  Contoh : 600-ribu rupiah (Rp 600.000), 500-ribu dolar AmerikaSerikat (US$ 500.000)

Tanda Baca Khusus :
·         Dash : Anda garis pisah (–) untuk sebelum nama atau kata penting atau butuh penekanan. Contoh : Pengumuman – kenaikan harga BBM akan dilakukan oleh – Presiden SBY.
·         Punctuation : Tanda Sengkang, yaitu tanda-tanda pemenggalan (-) untuk memudahkan pengucapan singkatan kata yang dieja. Contoh : M-U-I, B-A-P, W-H-O, dll.
·         GarisMiring : Jika perlu, gunakan garis miring satu (/) sebagai pengganti koma atau sebagai tanda jeda untuk ambil nafas, garis miring dua (//) untuk ganti titik, dan garis miring tiga (///) untuk akhir naskah. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar