Rabu, 16 Januari 2019

Kuliah Lintas Rekreasi


Nama               : Muhammad Asrianto
Nim                 : 50100117033
Jurusan            : Komunikasi Penyiaran Islam


Kuliah Lintas Rekreasi
Di saat sebelum menjelang tahun 2019, pagi itu pun saya masuk kampus hijau dimana kewajiban saya sebagai mahasiswa mengikuti perkuliahan. Pagi itu juga saya mengikuti mata kuliah Komunikasi Lintas Budaya dengan dosen pengampuh Dr. H. Suf Kasman M. Perasaan dumba-dumba pun muncul tanpa memberi salam, karena di mata kuliah ini mahasiswa diwajibkan untuk aktif berdiskusi dan saya termasuk orang yang malas untuk berdiskusi, hmmm…. Mungkin karena saya malu kepada rumput yang bergoyang, tapi saya harus ikut di mata kuliah ini biar saya tidak bertemu dengan mahasiswa yang baru mengenal akan suasana kampus hijau. Apalagi jika mahasiswa hanya diam disaat ditunjuk oleh dosen pasti dikenakan sanksi berdiri sampai pintar hehehe….
Disaat itu juga hampir semua mata kuliah mencapai puncak perkuliahan, para mahasiswa menunggu keputusan dosen untuk final test. Perasaan pun lagi-lagi dumba-dumba, apakah dosen akan memberikan final test lisan atau tulisan ? bisa jadi lisan yah…. Yang biasanya diberikan dosen saat final test lisan. Saya paling anti dengan lisan karena kebiasaan drop ingatan saat lisan hehehe… maklum umur. Tiba pun kabar entahkah itu kabar burung atau bukan, tapi pastinya kabar itu menghilankan perasaan dumba-dumba yang sempat bersemayam di dalam hati. Kabar itu final test nya rekreasi sambil kuliah dimana mahasiswa menikmati rekreasinya sambil meniliti. Wow…. Saya pun heran apa yang baru saya dengar. Tak lama  dosen Komunikasi Lintas Budaya pun mengiyakan kabar tersebut dan terjadilah diskusi antara mahasiswa dengan dosen mata kuliah tersebut. Menit per menit berlalu mahasiswa pun disuruh untuk mengadakan rapat dengan mahasiwa jurusan lain. Upsss…. Saya belum memperkenalkan jurusan, fakultas, universitas saya yah….? Maaf yahh…… saya dari kelas KPI B 017, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah & Komunikasi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Hari ke hari waktu pun berlalu, kami berdiskusi dengan Mahasiswa Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI). Kepanitian pun dibentuk dan ide-ide, gagasan, serta pendapat pun bebas melayang terbang. Keegoisan manusianya pun muncul ada dari mereka yang ingin ini dan ada juga yang ingin itu. Arah jarum jam dinding pun sudah berubah posisi dan rapat pun di tunda untuk sementara waktu. Kepanitiaan pun sudah dibentuk serta lokasi dan hari pun sudah ditentukan. Setelah beberapa hari, tibalah lagi rapat untuk membuat list apa saja yang diperlukan dan ide-ide pun lagi dan lagi bebas melayang. Keputusan pun sudah terkumpul dan banyak dari mahasiswa tidak bisa ikut dikarenakan biaya yang tidak sesuai dengan kantong para mahasiswa khususnya di kelas saya KPI B banyak yang tidak ikut karena biaya yang tidak sesuai kantong. Rapat pun lagi di tunda untuk sementara waktu.
Malam pun telah berganti pagi, saya pun berangkat ke kampus, setibanya saya di ruangan kuliah saya pun berdiskusi dengan teman-teman untuk mengatur ulang rapat yang sudah dibentuk. Kami menunggu lagi waktu rapat datang.
Hari telah berlalu, kabar rapat pun telah datang. Tak lama kemudian waktu berlalu tibalah dirapat dimana ruangan penuh dengan wajah-wajah musam yang penuh dengan tanda Tanya. keputusan yang sudah di udarakan kembali lagi diudarakan kepada mahasiswa, ide-ide lagi dilayangkan kembali lagi ditolak dan saya pun sadar suara saya kalah sama suara artis yang lagi nyanyi, suara saya fals orang malas mendengarkan suara saya. Memang saya bukan keturunan penyanyi jadi yah wajar saja hehehe….. lagian posisi saya cuman pemain bukan pelatih yang berhak mengatur posisi pemain.
Ruangan rapat pun sudah terasa gerah akan suara gema para penyayi dadakan itu, keputusan sudah dibulatkan sama ketua panitia. Lokasi kuliah lintas rekreasi di Tanah Toraja dan biayanya cukup mengurus isi kantong mahasiswa. Biaya yang diperlukan kira-kira 600rb untuk semua biaya kecuali biaya shoping diri sendiri. Bagi saya biaya itu sudah cukup untuk hidup selama 2 bulan itupun kadang lebih. Dari kebanyakan mahasiswa mungkin saya lah yang paling tidak sanggup karena hidup saya di Makassar ini ala anak kost “seadanya saja”. Pada waktu itu senja sudah terlihat jelas, langit berwarna jingga, diperindah oleh awan tipis yang melayang. Rapat pun kembali di tunda.
Pada suatu pagi kasur kusam terasa dingin dan membangunkan ku, entah apa yang ada dibenak ini, niat berdiskusi bersama teman sekelas muncul untuk menawar harga yang diberikan oleh penjual kepada pembelinya. Setibanya dikampus saya bercengrama bersama teman tentang tawar menawar. Sudahlah kami bercengrama, saatnya pun berpamit kesesama untuk rehat.
Hari rapat telah tiba, tetapi kesadaran masih di dalam dunia mimpi. Saya tidak ikut datang rapat diwaktu itu, tapi untunglah ada teman perwakilan kelas yang ikut menawar harga si penjual tersebut dan harga pun turun sampai mentok ke 260rb. Beda kelas beda harga, kalau dikelas KPI A harga tawar mereka 320rb itu sudah masuk uang makan. Di kelas saya paling mentok di 260rb itu cuman harga bus biaya makan yah tanggung sendiri, maklum TOP GLOBAL Tawar-Menawar hehe….
Meskipun harganya masih “BIG” saya bersyukur masih turun, daripada naik harga untung Bandar. Teman-teman yang dulunya tidak bisa ikut sekarang sudah bisa ikut meski tidak semuanya.
Setelah masuknya tahun baru 2019 hari berlalu tibalah di hari rapat terakhir, semua yang disiapkan perlu dipermantap. Rapat itu juga ditemani oleh dosen mata kuliah Komunikasi Lintas Budaya. Suara yang dulunya sering kedengaran di ruang rapat sekarang tidak lagi terdengar. Hmmm…. Kemanakah suara tersebut ??? tidak tahu kemana. List-list yang sudah dibuat di udarakan kembali oleh ketua panitia. Isi list tersebut berisi lokasi pariwisata yang akan di kunjungi seperti, buntu burake, londa, makale, dsb. Lamanya kunjungan 3 hari.
Kembali ke kampus perdabaan kewajiban sebagai layaknya mahasiswa biasa mengikuti perkuliahan sesuai jadwal. Telah banyak mata kuliah yang sudah selesai di bulan Januari ini, banyak dari teman-teman sudah selesai final test dan memulai hari liburan mereka dengan sebuah kata “tunggu nilai di input”. Hal itu yang membuat saya agak sedikit malas dalam kuliah ketika mereka sudah libur saya belum di situ saya kadang merasa sedih. Saya pun menghibur diri dengan bersiul layaknya suling ditiup angina sambil menunggu waktu berangkat ke Tanah Toraja. Waktu berangkatnya Jum’at, 11 januari 2019, kami diberikan waktu untuk mempersiapkan apa saja yang perlu dibawa sebelum berangkat.
Satu hari sebelum berangkat saya sudah mempersiapkan semua yang diperlukan, saya sempat cemas untuk persiapan yang saya bawa hanya pakaian dua lapis atas bawah dan beberapa makanan instan yang menurut saya cukup untuk saya sendiri. Maaf yah mungkin saya sedikit egois ehehe…. Tapi tidak untuk makanan berat saya membawa lebih kok hanya saja instan hmm….
Pada keesokan harinya, saat hari keberangkatan saya sibuk mencari seorang yang dapat mengantar saya ke tempat mobil bus pariwisata menunggu, namun susah untuk mencarinya, apalagi saudara laki-laki saya masuk kuliah saat itu dan Alhamdulillah datanglah seorang teman yang tidak dipanggil pulang tidak diantar yaitu teman satu kampong saya sendiri Upe namanya. Dari namanya saja upe dalam bahasa bugis untung. Teman di lokasi sudah menunggu nada chat mereka di group WA seakan mereka belum makan seharian. Tanpa basa-basi saya pun menyuruh Up eke lokasi dengan cepat, secepat kekuatan motor terasa dijalan ada yang janggal ternyata ban motor saya kempes kalau tidak di pompa ban bisa bocor, tapi saya takut kata mutiara teman-teman yang menunggu keluar dari bibir halusnya itu. Tidak lama saya sampai dan saya langsung naik ke bus yang masih punya tempat duduk yang kosong. Setelah 30 menit saya duduk di bus sambil membaca chat teman yang sudah antar saya ke lokasi, dia lagi nempel ban dalam yang ternyata ban motor tadi sudah bocor tapi masih dipaksa.
Jam dua lewat semua teman-teman sudah dilokasi dan bus siap untuk berangkat. Sebelum berangkat kami sempat untuk berdoa bersama agar perjalanan lancar sampai tujuan. Setelah itu kami sudah tiba di bus dan langsung berangkat “Okey asyiap” kata teman seperjalanan. Di dalam bus saya pun melihat sekeliling isi bus yang dulunya saya hanya memakai mobil panter yang biasa di pakai orang untuk pulang kampong. Tanpa sadar ternyata bus yang saya naiki memakai AC saya sempat ketawa sendiri kayak orang gila saya kira AC itu dari luar kaca setelah saya lihat kea rah kaca mobil bus tidak ada satupun kaca mobil yang bisa di buka. Astaga betapa kampungan ku. Hmmm….
Sementara diperjalanan saya mengira gunung itu berjalan laksana jalannya awan mungkin hanya panca indra tak mampu menterjemahkan hingga menggap gunung itu pasif dan diam. Namun itu hanya batas imajinasi semata. Perjalanan masih di daerah Makassar sempat mata ini mengamati wajah kota diwilayah Makassar ada perubahan, dulu tranportasi andong bertebaran kini mobil banyak lalu lalang di jalan raya. Manusia terus berkembang dan berganti rupa, begitu halusnya perubahan yang ada sehingga kita menggangap biasa saja. Dengan naik bus pariwisata ini saya tahu bahwa jalan di Makassar luas bukan cuman satu jalan menuju ke suatu tempat.
Waktu terus berlalu dan waktu shalat pun juga berlalu, kami bersama rombongan sempat singgah untuk shalat guna untuk mempererat tali silaturahmi kepada Allah. Diperjalan kami singgah juga di pertamina Pare-pare untuk shalat manghrib. Setelah itu kami beserta rombongan lain berangkat lagi, sementara di perjalanan salah satu teman dari Jurusan BPI mengalami mabut darat dan kami singgah untuk memberikan udara segar serta rehat sejenak. Kira-kira 30 menit sudah beristirahat kami melanjut perjalanan.
Senja pun sudah tidak terlihat di ufuk barat, gelapnya malam menutup sekitar jalan. Perjalanan sudah masuk daerah Enrekang, pandangan harus mengarah kedepan langkah tidak boleh berhenti dan harus berjalan kanan kiri adalah jurang yang tidak teramat dalam jika melampui batas jatuh tergelincir melayang.
Sekitar jam dua dini hari kami pun tiba di tempat penginapan PUSDAM (Pusat Dakwah Muhammadiyah) rombongan yang lainya pun juga sudah turun dari bus yang sudah di parkir cantik oleh supir. Setibanya di sana saya langsung memperbaiki tempat baring-baring, dibus bagi saya susah untuk tidur karena teman satu mobil agak sedikit berisik. Tidak lama tanpa sadar mata telah tertutup dengan sendirinya.
Jam 5 dini hari saya dibangunkan oleh dosen mata kuliah Komunikasi Lintas Agama & Budaya untuk shalat subuh berjamaah, perlu waktu dan proses untuk bangun karena jam tidur tadi malam lambat dan bangun terlalu cepat. Setelah kesadaran sudah normal saya pun langsung pergi wudhu dan shalat subuh. Selesai shalat saya menyempatkan untuk ngopi bersama dan mabar bersama teman-teman yang lain. Lanjut itu mandi bersihkan badan yang aromanya tidak enak untuk dihirup oleh hidung.
Cahaya matahari tampak memberikan manfaat kesehatan untuk tubuh. Ketenangan dan aroma alami dari alam muncul merasuk ke pernafasan. Momen-momen para pemikir untuk berelaksasi dikala pagi menyambut hari yang cerah, yang ada hanya awan putih dan langit biru. Polusi masih sedikit, asap industry belum ada, asap kendaraan juga masih sedikit.
Hari pertama telah berakhir dilanjutkan hari kedua, saatnya untuk pergi berwisata, kuliah lintas rekreasi. Buku dan handphone pun sebagai alat laporan di lapangan. Sudah saatnya saya bersama rombongan berangkat ke tujuan pariwisata.
Tujuan pertama yang di datangi yaitu Kalimbuang Bori. Pada saat perjalanan menuju ke lokasi kami sempat mengalami masalah dengan masyarakat Kalimbuang Bori dimana kabel listrik di daerah tersebut tersangkut di atas bus sampai kabel listrik tersebut putus. Supir bus mengira kabel yang dia lewati tidak tersangkut di atas bus, jadi supir hanya acuh tak acuh. Para rombongan sampai teriak histeris akan peristiwa tersebut dan masyarakat setempat juga kesal karena supir bus hanya acuh tak acuh, kami pun rombongan menyarankan si supir bus untuk turun dan berbicara baik-baik dengan masyarakat setempat biar perjalanan pulang aman. wisata Kalimbuang Bori terkenal akan susunan batu yang dibuat oleh para masyarakat Kalimbuang Bori terdahulu sebagai nilai marga di mata masyarakat tersebut. Ada juga tempat yang terkenal dengan Baby Grave dimana bayi yang masih dalam kandungan di kubur di dalam pohon yang sudah sesuai dengan S&K. ada juga tempat rumah tongkonan unik yang berhiaskan 200 tanduk kerbau di depan rumah Tongkonan tersebut. Dengan informasi yang saya dapatkan dengan teman dari masyarakat setempat saya bisa tahu sedikit tentang wisata yang ada di Kalimbuang Bori. Dengan sedikitnya waktu kami lanjut ke tujuan selanjutnya.
Tujuan kedua yaitu pasa’ tedong. Dari baunya saja sudah ciri khasnya memang bau yang kental akan kotoran hewan. Saran yah untuk para pariwisatawan kalo tidak sanggup menghirup aroma kotoran hewan lebih baik tinggal di rumah saja yah. Pasa’ Tedong merupakan  Pasar untuk para penjual hewan, pasar yang mayoritas penjual hewan kerbau, bukan cuman kerbau saja yang di jual tapi ada juga babi yang di jual di daerah pasa’ tedong. Harga hewan tersebut tergantung dari ukuran. Kalau tedong atau kerbau harganya di hitung dari besarnya ukuran tanduk kerbau semakin besar ukuran tanduk semakin besar juga harga kerbau tersebut. Sedangkan harga babi diukur dari berat dan besarnya babi tersebut. Saya terkejut melihat babi-babi tersebut semakin besar ukurannya semakin malas babai itu gerak. Hmm….. mungkin karena badannya berat yah sampai-sampai babinya mager ehehehe….. tidak lama setelah itu saya bersama rombongan lanjut lagi ke tujuan selanjutnya.
Tujuan ketiga yaitu Kete’ Kesu, Tempat wisata tersebut terkenal akan 6 rumah adat Tongkonan dan 12 lumbung padi. Di Kete’ Kesu juga terdapat peninggalan purbakala berupa kuburan batu yang berusia 500 tahun, hampir semua kubur batu di simpang di gua atau tebing. Dikarenakan waktu kunjungan lagi ada perbaikan saya tidak bisa naik untuk melihat naik area tersebut. Adapun penjual souvenir tradisional, Informasi yang saya dapatkan dari penjual-penjual  aksesoris atau souvenir tradisional Toraja. Setelah lelah memutari wisata Kete’ Kesu saya dan rombongan lanjut ke tujuan selanjutnya lagi.
Tujuan keempat yaitu Londa, tempat wisata ini terkenal dengan makam keluarga, ciri khas dari makam keluarga ini adanya patung-patung yang sudah di buat persis dengan mayat yang dimakamkan disana. Patung tersebut dibuat khusus untuk para anggota bangsawan yang sudah memotong 24 ekor kerbau. Di makam ini terkenal juga dengan kisah romantisme seorang bangsawan yang sedang jatuh cinta tidak direstui oleh orang tua mereka. Mereka pun mengambil langkah gantung diri bersama dan tulang tengkorak mereka berdua di dekatkan dan diabadikan oleh keluarga mereka. Kami bersama rombongan mencoba untuk mengikuti jalur yang cukup ekstrim untuk di lewati di dalam gua tersebut demi mendapatkan sensasi petualangan di dalam makam keluarga tersebut. Gua tersebut cukup licin untuk dipijak, kita harus hati-hati berjalan. Setelah semuanya mencoba dan mengetahui wisata tersebut, kami melanjutkan lagi tujuan.
Tujuan kelima yaitu Buntu Burake, Makale, tempat wisata kali ini sangat diminati para pengunjung karena ada patung Yesus Kristus dipuncak bukit Buntu Burake. Tinggi patung tersebut kira-kira 45 Meter. Sebelum kami tiba disana kami menaiki bus pariwisata yang katanya bus tersebut tidak bisa nanjak karena factor tertentu. Sore itu dosen dan supir sempat beradu argument di tempat wisata sebelumnya tapi karna cuaca dan waktu tidak memungkinkan kami pun pulang untuk mencari ide dan berdiskusi bersama dosen supaya kita bisa ke tempat wisata ini. Kami menuju kembali ke penginapan di PUSDAM, karena hujan masih turun jadi kami tunda untuk hari itu juga. Sore telah berganti malam kami pun bersama rombongan istirahat sejenak, pukul 20.00 WIT kami mencari kesenangan sambil jalan-jalan bersama di Gereja Bukit SION kami abadikan berberapa moment bersama dosen dan teman-teman yang lainnya untuk foto bersama biar jadi kenangan manis di Tanah Toraja. Banyak keseruan yang saya dapatkan di malam itu, hmm…. Mungkin karena malamnya yah yang pas dengan malam minggu hehehe…. Waktu sudah menetukan jam 22.00 WIT saatnya kami untuk pulang ke penginapan. Setelahnya kami tiba di penginapan kabar burung pun datang “bahwa besok pagi kita akan ke Buntu Burake pagi-pagi kita berangkat kesana jam 6 pagi dan tiba di pintu gerbang terus jalan kaki menuju ke atas bukit sampai ke wisata patung Yesus”. Rasa lelah dan malas pun muncul seakan dewa malasius lagi-lagi turun memberikan petunjuknya. Owh… petunjuk apakah ini ?? tanpa pikir panjang saya hanya mengiyakannya saja, biarkan lelah satu kali daripada menyesal berkali-kali. Adanya suara ajakan ngopi bareng dan cerita bareng kami ilustrasikan dulu sebelum tidur sebagai obat letih, resah dan cemas. Sesudah ngopi mata pun sudah lelah kami langsung baring dan tidur sampai subuh.
Saat subuh, tidak lupa juga dosen mengingatkan kami untuk shalat subuh berjamaah. Saya yang tadi malam begadang terasa malas untuk bangun dari tidur, tapi salah satu teman membangunkan ku dan saya merasa tidak enak dibangunkan terus oleh dia, secara sigap saya bangun dan langsung pergi cuci muka dan kembali lagi untuk duduk diam menikmati bangun pagi itu. Setelah itu saya langsung pergi mandi, setelah mandi langsung makan, ngopi, ngerokok, dll. Arah jarum Jam pun sudah berada di angka 6 itu menandakan bahwa bus dan teman-teman sudah siap untuk berangkat. Tidak lama kemudian barang burung pun berubah jadi kabar gembira dimana kami mendapat tumpangan gratis dari teman dosen pengampuh mata kuliah Komunikasi Lintas Budaya & Agama, Dr. Suf Kasman M.si. langsung saja kami bergegas dan menuju ke tempat tunggu berikutnya.
Sesampainya di tempat tunggu kami dijemput oleh mobil truk dan kami diantar jemput oleh mobil truk itu. Mobil truk tersebut sangat menolong kami dalam kunjungan terakhir. Sudah tiba di wisata patung Yesus langsung saja ke atas untuk mengabadikan moment-moment yang cukup indah itu. Tidak cukup lama untuk mengabadikan moment it karna waktu kami hanya sedikit jadi yah itulah meskipun cuman sebentar tapi bermakna. Tidak lama kami pulang kembali penginapan untuk mempersiapkan barang bawaan untuk pulang. Tapi masalah muncul lagi mobil bus rombongan yang saya yang satu rusak dan kami menunggu bus tersebut sampai jam 2 siang belum juga selesai diperbaiki, kami juga sudah berdiskusi dengan teman-teman yang ketinggalan bus serta dosen juga untuk berangkat duluan ke Makassar karena sudah kesiangan takutnya ada apapa diajalan. Kami berangkat jam 2 pas bersama rombongan yang busnya masih bagus. Tidak lama ada kabar dari teman kalau bus yang rusak itu sudah diperbaiki dan sudah berangkat juga dengan rombongan. “Alhamdulillah yah sudah bagus” kata saya dalam hati.
2 jam lebih berlalu kami dan rombongan singgah di daerah Enrekang di wisata gunung nona untuk mengabadikan lagi moment-moment itu. 30 menit berlalu kami berangkat lagi ke Makassar.
Tepat pada pukul 00.00 kami dan rombongan tiba di Makassar dan turun di depan pintu 1 kampus UINAM. Teman-teman pun mengecek barang bawaan mereka masing-masing dan langsung pulang ke kost atau rumah masing-masing.
Banyak yang saya dapati cerita di waktu itu mulai dari saya mengenal Toraja tidak punya kerajaan tetapi memiliki bangsawan dan masuk gua dengan cara ekstrem, dan praktek komunikasi antar budaya, menanyakan langsung kepada masyarakat setempat tentang informasi wisata, dan teman dosen pengampuh yang memberikan tumpangan kepada rombongan, dll.
Jika ada salah kata, informasi atau tutur dalam penulisan ini saya selaku penulis meminta maaf sebesar-besarnya dan terima kasih kepada dosen pengampuh mata kuliah Komunikasi Lintas Agama & Budaya, Dr. Suf Kasman M.si. telah memberikan ilmu yang insyaallah bermanfaat untuk saya serta teman-teman lainnya.Amin

Rabu, 11 Juli 2018

Penayangan dan Dampak TV


A.        Waktu Penayangan Televisi
               Factor yang  sangat  penting  dalam menentukan tarif  siaran  iklan adalah terkait dengan waktu suatu  iklan akan disiarkan, yaitu  pukul  berapa suatu  iklan itu ditayangkan  setiap harinya. Waktu  siaran  adalah 24 jam sehari semalam yang terbagi- bagi dalam  beberapa segmen siaran (day parts) dan setiap segmen  memiliki  jumlah audien yang berbeda-beda. Jumlah audien terbesar  penonton  televisi terjad i pada  saat  prime time  atau waktu utama, yaitu mulai pukul 19.00-23.00 pada saat  prime time  ini biasanya stasiun televisi mengenakan tariff iklan yang  paling  mahal premium.  Secara umum pembagian segmen siaran selain waktu utama, adalah waktu siaran  pagi, siang, petang, dan saat  menjelang  waktu utama, tengah  malam dan dini hari. Kapan  awal dan  akhir dari suatu segmen  tidak  selalu sama antara stasiun televisi, begitu pula dalam hal penentuan waktu  utama. Setiap stasiun penyiaran  memiliki ketentuan mengenai pembagian waktu siaran yang tidak selalu persis sama.

Baca Juga Artikel :  Pemasaran Program TV. Disini

B.     Kelebihan dan kekurangan Televisi
1.      Kelebihan Media Televisi :
a.       Jangakauan sangat luas
b.      Penayangan seketika
c.       Gabungan gambar, suara dan warna
d.      Efek demonstrasi
e.       Penentuan waktu pentayangan mudah
f.       Kontrol Mudah
2.      Kekurangan Media Televisi :
a.       Cepat lewat, frekuensi tinggi
b.      Relatif mahal
c.       Tidak ada segmentasi pirsawan
d.      Keterangan dan pesan harus pendek
e.       Produksi materi lama dan mahal

Baca Juga Artikel : Strategi Penayangan TV. Disini 
 
C.    Dampak Menonton Televisi

Positif :
1.      Kita akan mendapatkan semua berita dari dalam negeri sampai luar negeri.
2.      Televisi selalu menyajikan berita up to date, yg tentunya membuat masyarakat tidak akan  ketinggalan informasi dan memberikan wawasan yang cukup luas pada masyarakat secara cepat.
3.      Masyarakat akan menyegarkan otaknya dengan program yang ditonton seperti acara komedi apalagi acara tentang galeri sepak bola Indonesia,one stop football yang digemari oleh para laki-laki.
4.      Beberapa penelitian mengatakan, bahwa seorang anak yg sering menonton televisi memiliki wawasan yg lebih luas di banding anak-anak yg tidak menonton tv. Teori itu sangat lah masuk akal, karena banyak sekali stasiun televisi menggarap tema edukatif seperti menyiarkan film documenter sejarah, flora fauna, sain dan lain sebagainya.
5.      Acara yang kreatif  bisa mengajak anak-anak untuk ikut kreatif.

Negatif:
1.      Meniru adegan yang tidak pantas untuk ditiru.
2.      Celaan yang tidak pantas untuk di lontarkan di depan televisi.
3.      Adegan yang mengandung unsur pornografi dan kekerasan .
4.     Terlalu banyak menonton televisi menyebabkan daya pikiran turun lalu konsentrasi hilang.