Nama :
Muhammad Asrianto
Nim :
50100117033
Jurusan :
Komunikasi Penyiaran Islam
Kuliah
Lintas Rekreasi
Di saat sebelum
menjelang tahun 2019, pagi itu pun saya masuk kampus hijau dimana kewajiban
saya sebagai mahasiswa mengikuti perkuliahan. Pagi itu juga saya mengikuti mata
kuliah Komunikasi Lintas Budaya dengan dosen pengampuh Dr. H. Suf Kasman M.
Perasaan dumba-dumba pun muncul tanpa memberi salam, karena di mata kuliah ini
mahasiswa diwajibkan untuk aktif berdiskusi dan saya termasuk orang yang malas
untuk berdiskusi, hmmm…. Mungkin karena saya malu kepada rumput yang bergoyang,
tapi saya harus ikut di mata kuliah ini biar saya tidak bertemu dengan
mahasiswa yang baru mengenal akan suasana kampus hijau. Apalagi jika mahasiswa hanya
diam disaat ditunjuk oleh dosen pasti dikenakan sanksi berdiri sampai pintar
hehehe….
Disaat itu juga hampir
semua mata kuliah mencapai puncak perkuliahan, para mahasiswa menunggu
keputusan dosen untuk final test. Perasaan pun lagi-lagi dumba-dumba, apakah
dosen akan memberikan final test lisan atau tulisan ? bisa jadi lisan yah…. Yang
biasanya diberikan dosen saat final test lisan. Saya paling anti dengan lisan
karena kebiasaan drop ingatan saat lisan hehehe… maklum umur. Tiba pun kabar
entahkah itu kabar burung atau bukan, tapi pastinya kabar itu menghilankan
perasaan dumba-dumba yang sempat bersemayam di dalam hati. Kabar itu final test
nya rekreasi sambil kuliah dimana mahasiswa menikmati rekreasinya sambil
meniliti. Wow…. Saya pun heran apa yang baru saya dengar. Tak lama dosen Komunikasi Lintas Budaya pun mengiyakan
kabar tersebut dan terjadilah diskusi antara mahasiswa dengan dosen mata kuliah
tersebut. Menit per menit berlalu mahasiswa pun disuruh untuk mengadakan rapat
dengan mahasiwa jurusan lain. Upsss…. Saya belum memperkenalkan jurusan,
fakultas, universitas saya yah….? Maaf yahh…… saya dari kelas KPI B 017, Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah & Komunikasi, Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar.
Hari ke hari waktu pun
berlalu, kami berdiskusi dengan Mahasiswa Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam
(BPI). Kepanitian pun dibentuk dan ide-ide, gagasan, serta pendapat pun bebas
melayang terbang. Keegoisan manusianya pun muncul ada dari mereka yang ingin
ini dan ada juga yang ingin itu. Arah jarum jam dinding pun sudah berubah
posisi dan rapat pun di tunda untuk sementara waktu. Kepanitiaan pun sudah
dibentuk serta lokasi dan hari pun sudah ditentukan. Setelah beberapa hari,
tibalah lagi rapat untuk membuat list apa saja yang diperlukan dan ide-ide pun
lagi dan lagi bebas melayang. Keputusan pun sudah terkumpul dan banyak dari
mahasiswa tidak bisa ikut dikarenakan biaya yang tidak sesuai dengan kantong
para mahasiswa khususnya di kelas saya KPI B banyak yang tidak ikut karena
biaya yang tidak sesuai kantong. Rapat pun lagi di tunda untuk sementara waktu.
Malam pun telah
berganti pagi, saya pun berangkat ke kampus, setibanya saya di ruangan kuliah
saya pun berdiskusi dengan teman-teman untuk mengatur ulang rapat yang sudah
dibentuk. Kami menunggu lagi waktu rapat datang.
Hari telah berlalu,
kabar rapat pun telah datang. Tak lama kemudian waktu berlalu tibalah dirapat
dimana ruangan penuh dengan wajah-wajah musam yang penuh dengan tanda Tanya. keputusan
yang sudah di udarakan kembali lagi diudarakan kepada mahasiswa, ide-ide lagi
dilayangkan kembali lagi ditolak dan saya pun sadar suara saya kalah sama suara
artis yang lagi nyanyi, suara saya fals orang malas mendengarkan suara saya. Memang
saya bukan keturunan penyanyi jadi yah wajar saja hehehe….. lagian posisi saya
cuman pemain bukan pelatih yang berhak mengatur posisi pemain.
Ruangan rapat pun sudah
terasa gerah akan suara gema para penyayi dadakan itu, keputusan sudah
dibulatkan sama ketua panitia. Lokasi kuliah lintas rekreasi di Tanah Toraja
dan biayanya cukup mengurus isi kantong mahasiswa. Biaya yang diperlukan
kira-kira 600rb untuk semua biaya kecuali biaya shoping diri sendiri. Bagi saya
biaya itu sudah cukup untuk hidup selama 2 bulan itupun kadang lebih. Dari kebanyakan
mahasiswa mungkin saya lah yang paling tidak sanggup karena hidup saya di
Makassar ini ala anak kost “seadanya saja”. Pada waktu itu senja sudah terlihat
jelas, langit berwarna jingga, diperindah oleh awan tipis yang melayang. Rapat pun
kembali di tunda.
Pada suatu pagi kasur
kusam terasa dingin dan membangunkan ku, entah apa yang ada dibenak ini, niat berdiskusi
bersama teman sekelas muncul untuk menawar harga yang diberikan oleh penjual
kepada pembelinya. Setibanya dikampus saya bercengrama bersama teman tentang
tawar menawar. Sudahlah kami bercengrama, saatnya pun berpamit kesesama untuk
rehat.
Hari rapat telah tiba,
tetapi kesadaran masih di dalam dunia mimpi. Saya tidak ikut datang rapat
diwaktu itu, tapi untunglah ada teman perwakilan kelas yang ikut menawar harga
si penjual tersebut dan harga pun turun sampai mentok ke 260rb. Beda kelas beda
harga, kalau dikelas KPI A harga tawar mereka 320rb itu sudah masuk uang makan.
Di kelas saya paling mentok di 260rb itu cuman harga bus biaya makan yah
tanggung sendiri, maklum TOP GLOBAL
Tawar-Menawar hehe….
Meskipun harganya masih
“BIG” saya bersyukur masih turun,
daripada naik harga untung Bandar. Teman-teman yang dulunya tidak bisa ikut
sekarang sudah bisa ikut meski tidak semuanya.
Setelah masuknya tahun
baru 2019 hari berlalu tibalah di hari rapat terakhir, semua yang disiapkan
perlu dipermantap. Rapat itu juga ditemani oleh dosen mata kuliah Komunikasi
Lintas Budaya. Suara yang dulunya sering kedengaran di ruang rapat sekarang
tidak lagi terdengar. Hmmm…. Kemanakah suara tersebut ??? tidak tahu kemana. List-list
yang sudah dibuat di udarakan kembali oleh ketua panitia. Isi list tersebut
berisi lokasi pariwisata yang akan di kunjungi seperti, buntu burake, londa,
makale, dsb. Lamanya kunjungan 3 hari.
Kembali ke kampus
perdabaan kewajiban sebagai layaknya mahasiswa biasa mengikuti perkuliahan
sesuai jadwal. Telah banyak mata kuliah yang sudah selesai di bulan Januari
ini, banyak dari teman-teman sudah selesai final test dan memulai hari liburan
mereka dengan sebuah kata “tunggu nilai di input”. Hal itu yang membuat saya
agak sedikit malas dalam kuliah ketika mereka sudah libur saya belum di situ
saya kadang merasa sedih. Saya pun menghibur diri dengan bersiul layaknya
suling ditiup angina sambil menunggu waktu berangkat ke Tanah Toraja. Waktu berangkatnya
Jum’at, 11 januari 2019, kami diberikan waktu untuk mempersiapkan apa saja yang
perlu dibawa sebelum berangkat.
Satu hari sebelum
berangkat saya sudah mempersiapkan semua yang diperlukan, saya sempat cemas
untuk persiapan yang saya bawa hanya pakaian dua lapis atas bawah dan beberapa
makanan instan yang menurut saya cukup untuk saya sendiri. Maaf yah mungkin
saya sedikit egois ehehe…. Tapi tidak untuk makanan berat saya membawa lebih
kok hanya saja instan hmm….
Pada keesokan harinya,
saat hari keberangkatan saya sibuk mencari seorang yang dapat mengantar saya ke
tempat mobil bus pariwisata menunggu, namun susah untuk mencarinya, apalagi
saudara laki-laki saya masuk kuliah saat itu dan Alhamdulillah datanglah
seorang teman yang tidak dipanggil pulang tidak diantar yaitu teman satu kampong
saya sendiri Upe namanya. Dari namanya saja upe dalam bahasa bugis untung. Teman
di lokasi sudah menunggu nada chat mereka di group WA seakan mereka belum makan
seharian. Tanpa basa-basi saya pun menyuruh Up eke lokasi dengan cepat, secepat
kekuatan motor terasa dijalan ada yang janggal ternyata ban motor saya kempes
kalau tidak di pompa ban bisa bocor, tapi saya takut kata mutiara teman-teman
yang menunggu keluar dari bibir halusnya itu. Tidak lama saya sampai dan saya
langsung naik ke bus yang masih punya tempat duduk yang kosong. Setelah 30 menit
saya duduk di bus sambil membaca chat teman yang sudah antar saya ke lokasi,
dia lagi nempel ban dalam yang ternyata ban motor tadi sudah bocor tapi masih
dipaksa.
Jam dua lewat semua
teman-teman sudah dilokasi dan bus siap untuk berangkat. Sebelum berangkat kami
sempat untuk berdoa bersama agar perjalanan lancar sampai tujuan. Setelah itu
kami sudah tiba di bus dan langsung berangkat “Okey asyiap” kata teman
seperjalanan. Di dalam bus saya pun melihat sekeliling isi bus yang dulunya
saya hanya memakai mobil panter yang biasa di pakai orang untuk pulang kampong.
Tanpa sadar ternyata bus yang saya naiki memakai AC saya sempat ketawa sendiri
kayak orang gila saya kira AC itu dari luar kaca setelah saya lihat kea rah kaca
mobil bus tidak ada satupun kaca mobil yang bisa di buka. Astaga betapa
kampungan ku. Hmmm….
Sementara diperjalanan
saya mengira gunung itu berjalan laksana jalannya awan mungkin hanya panca
indra tak mampu menterjemahkan hingga menggap gunung itu pasif dan diam. Namun itu
hanya batas imajinasi semata. Perjalanan masih di daerah Makassar sempat mata
ini mengamati wajah kota diwilayah Makassar ada perubahan, dulu tranportasi
andong bertebaran kini mobil banyak lalu lalang di jalan raya. Manusia terus
berkembang dan berganti rupa, begitu halusnya perubahan yang ada sehingga kita
menggangap biasa saja. Dengan naik bus pariwisata ini saya tahu bahwa jalan di
Makassar luas bukan cuman satu jalan menuju ke suatu tempat.
Waktu terus berlalu dan
waktu shalat pun juga berlalu, kami bersama rombongan sempat singgah untuk
shalat guna untuk mempererat tali silaturahmi kepada Allah. Diperjalan kami
singgah juga di pertamina Pare-pare untuk shalat manghrib. Setelah itu kami
beserta rombongan lain berangkat lagi, sementara di perjalanan salah satu teman
dari Jurusan BPI mengalami mabut darat dan kami singgah untuk memberikan udara
segar serta rehat sejenak. Kira-kira 30 menit sudah beristirahat kami melanjut
perjalanan.
Senja pun sudah tidak
terlihat di ufuk barat, gelapnya malam menutup sekitar jalan. Perjalanan sudah
masuk daerah Enrekang, pandangan harus mengarah kedepan langkah tidak boleh
berhenti dan harus berjalan kanan kiri adalah jurang yang tidak teramat dalam
jika melampui batas jatuh tergelincir melayang.
Sekitar jam dua dini
hari kami pun tiba di tempat penginapan PUSDAM (Pusat Dakwah Muhammadiyah)
rombongan yang lainya pun juga sudah turun dari bus yang sudah di parkir cantik
oleh supir. Setibanya di sana saya langsung memperbaiki tempat baring-baring,
dibus bagi saya susah untuk tidur karena teman satu mobil agak sedikit berisik.
Tidak lama tanpa sadar mata telah tertutup dengan sendirinya.
Jam 5 dini hari saya
dibangunkan oleh dosen mata kuliah Komunikasi Lintas Agama & Budaya untuk
shalat subuh berjamaah, perlu waktu dan proses untuk bangun karena jam tidur
tadi malam lambat dan bangun terlalu cepat. Setelah kesadaran sudah normal saya
pun langsung pergi wudhu dan shalat subuh. Selesai shalat saya menyempatkan
untuk ngopi bersama dan mabar bersama teman-teman yang lain. Lanjut itu mandi
bersihkan badan yang aromanya tidak enak untuk dihirup oleh hidung.
Cahaya matahari tampak
memberikan manfaat kesehatan untuk tubuh. Ketenangan dan aroma alami dari alam
muncul merasuk ke pernafasan. Momen-momen para pemikir untuk berelaksasi dikala
pagi menyambut hari yang cerah, yang ada hanya awan putih dan langit biru. Polusi
masih sedikit, asap industry belum ada, asap kendaraan juga masih sedikit.
Hari pertama telah
berakhir dilanjutkan hari kedua, saatnya untuk pergi berwisata, kuliah lintas
rekreasi. Buku dan handphone pun sebagai alat laporan di lapangan. Sudah saatnya
saya bersama rombongan berangkat ke tujuan pariwisata.
Tujuan pertama yang di
datangi yaitu Kalimbuang Bori. Pada saat perjalanan menuju ke lokasi kami
sempat mengalami masalah dengan masyarakat Kalimbuang Bori dimana kabel listrik
di daerah tersebut tersangkut di atas bus sampai kabel listrik tersebut putus. Supir
bus mengira kabel yang dia lewati tidak tersangkut di atas bus, jadi supir
hanya acuh tak acuh. Para rombongan sampai teriak histeris akan peristiwa
tersebut dan masyarakat setempat juga kesal karena supir bus hanya acuh tak
acuh, kami pun rombongan menyarankan si supir bus untuk turun dan berbicara
baik-baik dengan masyarakat setempat biar perjalanan pulang aman. wisata
Kalimbuang Bori terkenal akan susunan batu yang dibuat oleh para masyarakat
Kalimbuang Bori terdahulu sebagai nilai marga di mata masyarakat tersebut. Ada juga
tempat yang terkenal dengan Baby Grave
dimana bayi yang masih dalam kandungan di kubur di dalam pohon yang sudah
sesuai dengan S&K. ada juga tempat rumah tongkonan unik yang berhiaskan 200
tanduk kerbau di depan rumah Tongkonan tersebut. Dengan informasi yang saya
dapatkan dengan teman dari masyarakat setempat saya bisa tahu sedikit tentang wisata
yang ada di Kalimbuang Bori. Dengan sedikitnya waktu kami lanjut ke tujuan
selanjutnya.
Tujuan kedua yaitu pasa’
tedong. Dari baunya saja sudah ciri khasnya memang bau yang kental akan kotoran
hewan. Saran yah untuk para pariwisatawan kalo tidak sanggup menghirup aroma
kotoran hewan lebih baik tinggal di rumah saja yah. Pasa’ Tedong merupakan Pasar untuk para penjual hewan, pasar yang
mayoritas penjual hewan kerbau, bukan cuman kerbau saja yang di jual tapi ada
juga babi yang di jual di daerah pasa’ tedong. Harga hewan tersebut tergantung
dari ukuran. Kalau tedong atau kerbau harganya di hitung dari besarnya ukuran
tanduk kerbau semakin besar ukuran tanduk semakin besar juga harga kerbau
tersebut. Sedangkan harga babi diukur dari berat dan besarnya babi tersebut. Saya
terkejut melihat babi-babi tersebut semakin besar ukurannya semakin malas babai
itu gerak. Hmm….. mungkin karena badannya berat yah sampai-sampai babinya mager
ehehehe….. tidak lama setelah itu saya bersama rombongan lanjut lagi ke tujuan
selanjutnya.
Tujuan ketiga yaitu
Kete’ Kesu, Tempat wisata tersebut terkenal akan 6 rumah adat Tongkonan dan 12
lumbung padi. Di Kete’ Kesu juga terdapat peninggalan purbakala berupa kuburan
batu yang berusia 500 tahun, hampir semua kubur batu di simpang di gua atau
tebing. Dikarenakan waktu kunjungan lagi ada perbaikan saya tidak bisa naik
untuk melihat naik area tersebut. Adapun penjual souvenir tradisional, Informasi
yang saya dapatkan dari penjual-penjual
aksesoris atau souvenir tradisional Toraja. Setelah lelah memutari
wisata Kete’ Kesu saya dan rombongan lanjut ke tujuan selanjutnya lagi.
Tujuan keempat yaitu
Londa, tempat wisata ini terkenal dengan makam keluarga, ciri khas dari makam
keluarga ini adanya patung-patung yang sudah di buat persis dengan mayat yang
dimakamkan disana. Patung tersebut dibuat khusus untuk para anggota bangsawan yang
sudah memotong 24 ekor kerbau. Di makam ini terkenal juga dengan kisah
romantisme seorang bangsawan yang sedang jatuh cinta tidak direstui oleh orang
tua mereka. Mereka pun mengambil langkah gantung diri bersama dan tulang tengkorak
mereka berdua di dekatkan dan diabadikan oleh keluarga mereka. Kami bersama
rombongan mencoba untuk mengikuti jalur yang cukup ekstrim untuk di lewati di
dalam gua tersebut demi mendapatkan sensasi petualangan di dalam makam keluarga
tersebut. Gua tersebut cukup licin untuk dipijak, kita harus hati-hati
berjalan. Setelah semuanya mencoba dan mengetahui wisata tersebut, kami
melanjutkan lagi tujuan.
Tujuan kelima yaitu
Buntu Burake, Makale, tempat wisata kali ini sangat diminati para pengunjung
karena ada patung Yesus Kristus dipuncak bukit Buntu Burake. Tinggi patung tersebut
kira-kira 45 Meter. Sebelum kami tiba disana kami menaiki bus pariwisata yang
katanya bus tersebut tidak bisa nanjak karena factor tertentu. Sore itu dosen dan
supir sempat beradu argument di tempat wisata sebelumnya tapi karna cuaca dan
waktu tidak memungkinkan kami pun pulang untuk mencari ide dan berdiskusi
bersama dosen supaya kita bisa ke tempat wisata ini. Kami menuju kembali ke
penginapan di PUSDAM, karena hujan masih turun jadi kami tunda untuk hari itu
juga. Sore telah berganti malam kami pun bersama rombongan istirahat sejenak,
pukul 20.00 WIT kami mencari kesenangan sambil jalan-jalan bersama di Gereja Bukit
SION kami abadikan berberapa moment bersama dosen dan teman-teman yang lainnya
untuk foto bersama biar jadi kenangan manis di Tanah Toraja. Banyak keseruan
yang saya dapatkan di malam itu, hmm…. Mungkin karena malamnya yah yang pas
dengan malam minggu hehehe…. Waktu sudah menetukan jam 22.00 WIT saatnya kami
untuk pulang ke penginapan. Setelahnya kami tiba di penginapan kabar burung pun
datang “bahwa besok pagi kita akan ke Buntu Burake pagi-pagi kita berangkat
kesana jam 6 pagi dan tiba di pintu gerbang terus jalan kaki menuju ke atas
bukit sampai ke wisata patung Yesus”. Rasa lelah dan malas pun muncul seakan
dewa malasius lagi-lagi turun memberikan petunjuknya. Owh… petunjuk apakah ini
?? tanpa pikir panjang saya hanya mengiyakannya saja, biarkan lelah satu kali
daripada menyesal berkali-kali. Adanya suara ajakan ngopi bareng dan cerita
bareng kami ilustrasikan dulu sebelum tidur sebagai obat letih, resah dan
cemas. Sesudah ngopi mata pun sudah lelah kami langsung baring dan tidur sampai
subuh.
Saat subuh, tidak lupa
juga dosen mengingatkan kami untuk shalat subuh berjamaah. Saya yang tadi malam
begadang terasa malas untuk bangun dari tidur, tapi salah satu teman
membangunkan ku dan saya merasa tidak enak dibangunkan terus oleh dia, secara
sigap saya bangun dan langsung pergi cuci muka dan kembali lagi untuk duduk
diam menikmati bangun pagi itu. Setelah itu saya langsung pergi mandi, setelah
mandi langsung makan, ngopi, ngerokok, dll. Arah jarum Jam pun sudah berada di
angka 6 itu menandakan bahwa bus dan teman-teman sudah siap untuk berangkat. Tidak
lama kemudian barang burung pun berubah jadi kabar gembira dimana kami mendapat
tumpangan gratis dari teman dosen pengampuh mata kuliah Komunikasi Lintas
Budaya & Agama, Dr. Suf Kasman M.si. langsung saja kami bergegas dan menuju
ke tempat tunggu berikutnya.
Sesampainya di tempat
tunggu kami dijemput oleh mobil truk dan kami diantar jemput oleh mobil truk
itu. Mobil truk tersebut sangat menolong kami dalam kunjungan terakhir. Sudah tiba
di wisata patung Yesus langsung saja ke atas untuk mengabadikan moment-moment
yang cukup indah itu. Tidak cukup lama untuk mengabadikan moment it karna waktu
kami hanya sedikit jadi yah itulah meskipun cuman sebentar tapi bermakna. Tidak
lama kami pulang kembali penginapan untuk mempersiapkan barang bawaan untuk
pulang. Tapi masalah muncul lagi mobil bus rombongan yang saya yang satu rusak
dan kami menunggu bus tersebut sampai jam 2 siang belum juga selesai
diperbaiki, kami juga sudah berdiskusi dengan teman-teman yang ketinggalan bus
serta dosen juga untuk berangkat duluan ke Makassar karena sudah kesiangan
takutnya ada apapa diajalan. Kami berangkat jam 2 pas bersama rombongan yang
busnya masih bagus. Tidak lama ada kabar dari teman kalau bus yang rusak itu
sudah diperbaiki dan sudah berangkat juga dengan rombongan. “Alhamdulillah yah
sudah bagus” kata saya dalam hati.
2 jam lebih berlalu
kami dan rombongan singgah di daerah Enrekang di wisata gunung nona untuk
mengabadikan lagi moment-moment itu. 30 menit berlalu kami berangkat lagi ke
Makassar.
Tepat pada pukul 00.00
kami dan rombongan tiba di Makassar dan turun di depan pintu 1 kampus UINAM. Teman-teman
pun mengecek barang bawaan mereka masing-masing dan langsung pulang ke kost
atau rumah masing-masing.
Banyak yang saya dapati
cerita di waktu itu mulai dari saya mengenal Toraja tidak punya kerajaan tetapi
memiliki bangsawan dan masuk gua dengan cara ekstrem, dan praktek komunikasi
antar budaya, menanyakan langsung kepada masyarakat setempat tentang informasi
wisata, dan teman dosen pengampuh yang memberikan tumpangan kepada rombongan,
dll.
Jika ada salah kata,
informasi atau tutur dalam penulisan ini saya selaku penulis meminta maaf
sebesar-besarnya dan terima kasih kepada dosen pengampuh mata kuliah Komunikasi
Lintas Agama & Budaya, Dr. Suf Kasman M.si. telah memberikan ilmu yang
insyaallah bermanfaat untuk saya serta teman-teman lainnya.Amin